Berita & Artikel /Peringati Bulan Peduli Autisme, Yayasan Yogasmara Gelar pelatihan YOGA & Seminar

Peringati Bulan Peduli Autisme, Yayasan Yogasmara Gelar pelatihan YOGA & Seminar

23 Apr 2022

Penulis : Lilik Sahal Dzul Fahmi

Dalam rangka memperingati Bulan Peduli Autisme tahun 2022, Yayasan Yogasmara menggelar rangkaian pelatihan Yoga bagi penyandang Autisma dan Seminar ‘Pelaksanaan Preventing of Sexual Exploitation, Abuse and Harassment (PSEAH) dalam Lingkup Kerja Yayasan Yogasmara’ pada Sabtu (23/4/2022) bertempat di Whizz Hotel Semarang.

Pelatihan yoga diikuti oleh Anggota Perkumpulan Pemuda Pemudi Autisma (PPPA) Jawa Tengah yang sebelumnya telah dibentuk oleh Yayasan Yogasmara. Selain itu pelatihan juga diikuti oleh para orang tua anggota PPPA.

“Penting untuk dapat mempelajari gerakan Yoga karena banyak sekali manfaatnya. Mengurangi stress hingga melatih kontrol emosi diantaranya. Bagi Autisme, Yoga dapat bermanfaat untuk memberikan ketenangan, melatih fokus, hingga melatih kemampuan motorik”. Ujar Ibu Puspa pimpinan Puspa Yoga School Semarang.

Kegiatan Seminar dihadiri oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AKB) Provinsi Jawa Tengah. Dalam sambutanya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AKB) menyatakan apresiasi kepada Yayasan Yogasmara atas kepedulian anak yang diwujudkan dalam kebijakan dan aturan PSEAH. 

Belum maksimalnya pencegehan juga perlindungan bagi korban kekerasan seksual terutama bagi Anak-anak berkebutuhan khusus semakin menghawatirkan. Suryaningtyas Sulistyani, SH. Dalam paparanya menunjukan Data kasus kekerasan seksual di Indonesia yang diambil dari situs https://kekerasan.kemenpppa.go.id per 1 Januari 2022 - Maret 23 Maret 2022 mencapai 4.986 kasus dengan rincian 768 korban laki-laki dan 4.609 korban perempuan. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah Sendiri terjadi 368 jumlah kasus dengan 50 koban laki-laki dan 364 korban perempuan. Banyak sekali kasus-kasus kekerasan seksual di Indonesia tidak terselesaikan secara hukum dengan baik. Untuk itu perlu adanya aturan yang mengikat serta kerja sama yang baik antar pihak agar permasalahan serupa tidak terjadi berulangkali.

“Banyak kasus kekerasan seksual sering terjadi justru dilingkungan keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang paling aman justru menjadi momok yang menakutkan bagi para korban. Korban rata-rata memilih bungkam karena faktor keluarga. Sejatinya hal demikian tidak dibenarkan. Perlu adanya upaya hukum agar pelaku jera dan tidak mengulangi perbuatanya kembali”. Ungkap Suryaningtyas Sulistyani yang akrab dipanggil Mbak Yaya.

Dalam Seminar ini ibu Nurina, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CHA., CGA. Lebih jauh menjelaskan tentang dampak kekerasan seksual baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka pendek anak korban kekerasan seksual akan bersikap marah berlebih bahkan dapat menyerang orang lain. Miliki ketakutan ketika bertemu orang asing, bahkan kepada anggota keluarga. Selain itu anak akan mengurung diri dan tidak mau bicara. Ia menambahkan dampak jangka panjang korban kekerasan seksual adalah akan memiliki presepsi negatif kepada lawan jenis, traumatik, depresi, dissosiasi hingga paling buruknya adalah bunuh diri.

“Namun sebenarnya kekerasan seksual dapat kita cegah yaitu dengan kita sebagai orang tua paham atas usia mental anak, melakukan pendidikan seksual kepada anak, membantu memilihkan lingkungan yang sesuai dengan anak hingga menjalin komunikasi yang efektif dengan anak’’. Kata Bu Ririn sapaan akrab Ibu Nurina.

Berita & Artikel Lainnya

11 Jul 2023

Penulis : Lani Setyadi dan Saffina Faizati

Pengaruh Gangguan Perut  Dan Intoleransi Makanan Pada Perilaku Anak Dengan Autisme

Beberapa tahun terakhir prevalensi autisme di seluruh dunia mengalami peningkatan.  Terdapat beberapa faktor pencetus yang mempengaruhi meliputi faktor genetik, gangguan metabolik, dysbiosis usus, dan faktor lingkungan seperti keracunan logam berat.

Salah satu faktor pencetus yang saat ini terus mendapatkan perhatian dari dunia medis adalah dysbiosis usus atau ketidakseimbangan flora usus yang disebut leaky gut.

Penelitian menyebutkan bahwa gangguan pada sistem pencernaan (leaky gut) dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang berpengaruh pada perilaku pada anak autis. Leaky gut  atau "usus yang bocor" merupakan kondisi akibat dari pertumbuhan jamur dan bakteri merugikan yang berlebihan dalam usus dan menyebabkan kerusakan dinding usus. Hal ini dapat menyebabkan peradangan di otak,  gangguan metabolisme serta intoleransi terhadap  makanan yang mengandung gluten (terutama tepung terigu)  dan kasein (semua produk dari susu).

Berikut ini beberapa gejala fisik dan perilaku yang mungkin mengindikasikan adanya leaky gut dengan pertumbuhan jamur yang berlebihan:

  1. Gejala Perilaku:
  1. Gangguan tidur
  2. Mengompol
  3. Hiperaktif atau kelelahan
  4. ​Peningkatan perilaku stimulasi diri.
  5. Pekikan bernada tinggi
  6. Peningkatan pencarian sensorik atau defensif
  7. Memanjat/melompat dari benda
  8. Agresif, tantrum (ledakkan kemarahan)
  9. Mengunyah (pada segala sesuatu dan apa saja) dan menggemeretakkan gigi
  10. Tertawa tanpa alasan
  11. Berkurangnya konsentrasi dan focus.
  1. Gejala fisik dapat berupa:
  1. Diare/sembelit
  2. Lidah putih (juga dikenal sebagai sariawan)
  3. Ruam popok
  4. Ruam kulit
  5. Kulit kepala berbau funky
  6. Perut kembung
  7. Perubahan bau feses

Meningkatnya pertumbuhan jamur dalam perut dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  1. Konsumsi gula dan karbohidrat sederhana (nadi) yang berlebihan
  2. Penggunaan antibiotik
  3. Immunodeficiency
  4. Konsumsi  ​makanan olahan.

 

Ada beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan jamur atau bakteri berlebihan, yaitu Tes feces untuk kultur bakteri dan jamur dan pengujian Asam Organik (OAT).

Sumber: dari berbagai sumber

Baca Berita Lengkap

06 Apr 2023

Penulis : Dharma Saputra Yahya dan Saffina Faizati

Terapi Komplementer Bagi Anak Autis

Gangguan spektrum autis atau biasa disebut dengan autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa serta kemampuan seorang anak dalam berkomunikasi, berinteraksi serta berperilaku. Autisme bukanlah suatu penyakit melainkan suatu kondisi dimana otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain.

Sampai saat ini belum ditemukan suatu cara untuk mencegah terjadinya gangguan spektrum autis pada anak. Oleh karena itu, diperlukan deteksi serta intervensi sejak dini agar anak dengan autisme serta caregiver memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu bentuk terapi yang dapat dilakukan yaitu Transcutaneous Vagus Nerve Stimulation (TVNS).

Transcutaneous Vagus Nerve Stimulation merupakan terapi alternatif non-invasif untuk stimulasi saraf vagus. Saraf vagus merupakan saraf kranial X yang menghubungkan otak dengan organ tubuh yang lain. Secara bahasa kata  “vagus”  memiliki arti mengembara. Hal tersebut dikarenakan saraf vagus menjalar dari otak menuju organ tubuh yang lain seperti leher, dada, dan perut.

Saraf vagus merupakan saraf kranial terpanjang karena memiliki jalur yang lebih panjang dibandingkan dengan saraf kranial yang lain, yaitu dari kepala hingga perut. Saraf vagus memiliki dua kumpulan badan sel saraf sensorik dan menghubungkan batang otak ke tubuh. Hal tersebut memungkinkan otak untuk memantau dan menerima berbagai informasi mengenai fungsi tubuh.

Saraf kranial X ini berperan dalam membantu mengatur berbagai aspek penting dalam tubuh manusia seperti tekanan darah, detak jantung, pencernaan, keringat, serta berbicara, sehingga tidak mengherankan apabila saraf vagus merupakan saraf yang krusial dan kompleks. Selain itu, saraf vagus juga memiliki peran penting dalam fungsi saraf otonom, aktivitas sensorik serta informasi motorik yang berguna untuk gerakan pada tubuh.

Berikut ini beberapa peran saraf vagus dalam fungsi motoric tubuh:

  1. Berbicara
  2. Mengatur gerakan pita suara
  3. Detak jantung
  4. Tekanan darah
  5. Pencernaan, seperti usus dan lambung
  6. Keringat
  7. Pengontrol otot dan kelenjar
  8. Merangsang kelenjar endoktrin yang menghasilkan hormone yang dapat mendukung metabolisme tubuh

Pencernaan merupakan otak kedua dari manusia. Oleh karena itu, kondisi pencernaan yang buruk akan berpengaruh terhadap  kinerja otak dan kesehatan mental seseorang. Para ahli mengatakan bahwa ada keterkaitan antara gangguan pencernaan dengan beberapa penyakit atau gangguan kesehatan lain seperti penyakit autoimun, gangguan kesehatan mental, serta gangguan tumbuh kembang anak seperti autisme.

Dr. Nemechek dalam bukunya yang berjudul ”2nd Ed. eBook, The Nemechek Protocol for Autism and Developmental Disorders” menjelaskan bahwa sistem pencernaan yang mengalami peradangan khususnya di usus halus akan mengakibatkan longgarnya pori pada dinding usus sehingga akan meloloskan zat-zat makanan yang seharusnya tidak diserap masuk dan terdistribusikan ke sel-sel tubuh yang menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik sebagai hasil dari respon imun terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Respon imun atau inflamasi sistemik yang terjadi secara berkelanjutan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada  proses tumbuh kembang otak anak.

Sebagai jawaban atas permasalahan di atas, Dr. Nemechek memperkenalkan suatu metode terapi untuk membantu menangani gangguan tumbuh kembang anak seperti autisme yaitu dengan menggunakan teknik Transcutaneous Vagus Nerve Stimulation (TVNS). TNVS merupakan salah satu metode stimulasi tambahan yang digunakan untuk membantu meredam kondisi inflamasi pada sistem pencernaan.

Adapun manfaat TVNS adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kesehatan mentalTVNS dapat membantu mengurangi stress, anxiety serta depresi dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatik
  2. Membantu mengurangi rasa sakit atau nyeriTVNS dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh migraine, sakit kepala, dan nyeri neuropatik
  3. Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
  4. Meningkatkan fungsi kognitif termasuk di dalamnya memori, konsentrasi serta kemampuan belajar
  5. Meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia atau gangguan tidur lainnya
  6. Meredakan gejala inflamsi pada kondisi arthritis, asma, dan penyakit inflamasi usus (IBS). Selain itu, TVNS juga dapat membantu untuk meredakan gejala IBS seperti nyeri, diare, sembelit, dan kembung
  7. Meningkatkan motalitas usus. Stimulasi vagus dapat membantu meningkatkan konstraksi otos usus dan mengurangi resiko sembelit atau konstipasi
  8. Mengurangi frekuensi serangan epilepsy
  9. Meredakan gejala gastroesophageal reflux disease (GERD). Stimulasi vagus dapat membantu mengurangi gejala GERD seperti pada saat asam lambung naik ke kerongkongan dan adanya sensasi terbakar di dada.

Baca Berita Lengkap