YAYASAN YOGASMARA

Pusat Layanan Autisma & Bekebutuhan Khusus Lainya

16

Tahun
Pengalaman

Lingkup Kegiatan Yayasan Yogasmara

Mengadakan kegiatan soisalisasi tentang autisma kepada masyarakat

Menyelenggarakan pendidikan khusus dan inklusif bagi anak dengan autisma

Menyelenggarakan layanan habilitasi & rehabilitasi bagi anak dan individu dengan autisma

Menyelenggarakan pelatihan keterampilan teknis dan non teknis bagi individu dengan autisma

Menyelenggarakan Lembaga advokasi pelaksanaan hak-hak individu dengan autisma sebagai warga negara Indonesia

Budaya Kami :

Kepedulian & Pemahaman

Penerimaan

Penyesuaian

Apresiasi

Berita Terbaru

11 Jul 2023

Penulis : Lani Setyadi dan Saffina Faizati

Pengaruh Gangguan Perut  Dan Intoleransi Makanan Pada Perilaku Anak Dengan Autisme

Beberapa tahun terakhir prevalensi autisme di seluruh dunia mengalami peningkatan.  Terdapat beberapa faktor pencetus yang mempengaruhi meliputi faktor genetik, gangguan metabolik, dysbiosis usus, dan faktor lingkungan seperti keracunan logam berat.

Salah satu faktor pencetus yang saat ini terus mendapatkan perhatian dari dunia medis adalah dysbiosis usus atau ketidakseimbangan flora usus yang disebut leaky gut.

Penelitian menyebutkan bahwa gangguan pada sistem pencernaan (leaky gut) dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang berpengaruh pada perilaku pada anak autis. Leaky gut  atau "usus yang bocor" merupakan kondisi akibat dari pertumbuhan jamur dan bakteri merugikan yang berlebihan dalam usus dan menyebabkan kerusakan dinding usus. Hal ini dapat menyebabkan peradangan di otak,  gangguan metabolisme serta intoleransi terhadap  makanan yang mengandung gluten (terutama tepung terigu)  dan kasein (semua produk dari susu).

Berikut ini beberapa gejala fisik dan perilaku yang mungkin mengindikasikan adanya leaky gut dengan pertumbuhan jamur yang berlebihan:

  1. Gejala Perilaku:
  1. Gangguan tidur
  2. Mengompol
  3. Hiperaktif atau kelelahan
  4. ​Peningkatan perilaku stimulasi diri.
  5. Pekikan bernada tinggi
  6. Peningkatan pencarian sensorik atau defensif
  7. Memanjat/melompat dari benda
  8. Agresif, tantrum (ledakkan kemarahan)
  9. Mengunyah (pada segala sesuatu dan apa saja) dan menggemeretakkan gigi
  10. Tertawa tanpa alasan
  11. Berkurangnya konsentrasi dan focus.
  1. Gejala fisik dapat berupa:
  1. Diare/sembelit
  2. Lidah putih (juga dikenal sebagai sariawan)
  3. Ruam popok
  4. Ruam kulit
  5. Kulit kepala berbau funky
  6. Perut kembung
  7. Perubahan bau feses

Meningkatnya pertumbuhan jamur dalam perut dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  1. Konsumsi gula dan karbohidrat sederhana (nadi) yang berlebihan
  2. Penggunaan antibiotik
  3. Immunodeficiency
  4. Konsumsi  ​makanan olahan.

 

Ada beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan jamur atau bakteri berlebihan, yaitu Tes feces untuk kultur bakteri dan jamur dan pengujian Asam Organik (OAT).

Sumber: dari berbagai sumber

11 Jul 2023

Penulis : Lani Setyadi dan Saffina Faizati

Pengaruh Gangguan Perut  Dan Intoleransi Makanan Pada Perilaku Anak Dengan Autisme

Beberapa tahun terakhir prevalensi autisme di seluruh dunia mengalami peningkatan.  Terdapat beberapa faktor pencetus yang mempengaruhi meliputi faktor genetik, gangguan metabolik, dysbiosis usus, dan faktor lingkungan seperti keracunan logam berat.

Salah satu faktor pencetus yang saat ini terus mendapatkan perhatian dari dunia medis adalah dysbiosis usus atau ketidakseimbangan flora usus yang disebut leaky gut.

Penelitian menyebutkan bahwa gangguan pada sistem pencernaan (leaky gut) dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang berpengaruh pada perilaku pada anak autis. Leaky gut  atau "usus yang bocor" merupakan kondisi akibat dari pertumbuhan jamur dan bakteri merugikan yang berlebihan dalam usus dan menyebabkan kerusakan dinding usus. Hal ini dapat menyebabkan peradangan di otak,  gangguan metabolisme serta intoleransi terhadap  makanan yang mengandung gluten (terutama tepung terigu)  dan kasein (semua produk dari susu).

Berikut ini beberapa gejala fisik dan perilaku yang mungkin mengindikasikan adanya leaky gut dengan pertumbuhan jamur yang berlebihan:

  1. Gejala Perilaku:
  1. Gangguan tidur
  2. Mengompol
  3. Hiperaktif atau kelelahan
  4. ​Peningkatan perilaku stimulasi diri.
  5. Pekikan bernada tinggi
  6. Peningkatan pencarian sensorik atau defensif
  7. Memanjat/melompat dari benda
  8. Agresif, tantrum (ledakkan kemarahan)
  9. Mengunyah (pada segala sesuatu dan apa saja) dan menggemeretakkan gigi
  10. Tertawa tanpa alasan
  11. Berkurangnya konsentrasi dan focus.
  1. Gejala fisik dapat berupa:
  1. Diare/sembelit
  2. Lidah putih (juga dikenal sebagai sariawan)
  3. Ruam popok
  4. Ruam kulit
  5. Kulit kepala berbau funky
  6. Perut kembung
  7. Perubahan bau feses

Meningkatnya pertumbuhan jamur dalam perut dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  1. Konsumsi gula dan karbohidrat sederhana (nadi) yang berlebihan
  2. Penggunaan antibiotik
  3. Immunodeficiency
  4. Konsumsi  ​makanan olahan.

 

Ada beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan jamur atau bakteri berlebihan, yaitu Tes feces untuk kultur bakteri dan jamur dan pengujian Asam Organik (OAT).

Sumber: dari berbagai sumber

Baca Berita Lengkap

06 Apr 2023

Penulis : Dharma Saputra Yahya dan Saffina Faizati

Terapi Komplementer Bagi Anak Autis

Gangguan spektrum autis atau biasa disebut dengan autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa serta kemampuan seorang anak dalam berkomunikasi, berinteraksi serta berperilaku. Autisme bukanlah suatu penyakit melainkan suatu kondisi dimana otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain.

Sampai saat ini belum ditemukan suatu cara untuk mencegah terjadinya gangguan spektrum autis pada anak. Oleh karena itu, diperlukan deteksi serta intervensi sejak dini agar anak dengan autisme serta caregiver memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu bentuk terapi yang dapat dilakukan yaitu Transcutaneous Vagus Nerve Stimulation (TVNS).

Transcutaneous Vagus Nerve Stimulation merupakan terapi alternatif non-invasif untuk stimulasi saraf vagus. Saraf vagus merupakan saraf kranial X yang menghubungkan otak dengan organ tubuh yang lain. Secara bahasa kata  “vagus”  memiliki arti mengembara. Hal tersebut dikarenakan saraf vagus menjalar dari otak menuju organ tubuh yang lain seperti leher, dada, dan perut.

Saraf vagus merupakan saraf kranial terpanjang karena memiliki jalur yang lebih panjang dibandingkan dengan saraf kranial yang lain, yaitu dari kepala hingga perut. Saraf vagus memiliki dua kumpulan badan sel saraf sensorik dan menghubungkan batang otak ke tubuh. Hal tersebut memungkinkan otak untuk memantau dan menerima berbagai informasi mengenai fungsi tubuh.

Saraf kranial X ini berperan dalam membantu mengatur berbagai aspek penting dalam tubuh manusia seperti tekanan darah, detak jantung, pencernaan, keringat, serta berbicara, sehingga tidak mengherankan apabila saraf vagus merupakan saraf yang krusial dan kompleks. Selain itu, saraf vagus juga memiliki peran penting dalam fungsi saraf otonom, aktivitas sensorik serta informasi motorik yang berguna untuk gerakan pada tubuh.

Berikut ini beberapa peran saraf vagus dalam fungsi motoric tubuh:

  1. Berbicara
  2. Mengatur gerakan pita suara
  3. Detak jantung
  4. Tekanan darah
  5. Pencernaan, seperti usus dan lambung
  6. Keringat
  7. Pengontrol otot dan kelenjar
  8. Merangsang kelenjar endoktrin yang menghasilkan hormone yang dapat mendukung metabolisme tubuh

Pencernaan merupakan otak kedua dari manusia. Oleh karena itu, kondisi pencernaan yang buruk akan berpengaruh terhadap  kinerja otak dan kesehatan mental seseorang. Para ahli mengatakan bahwa ada keterkaitan antara gangguan pencernaan dengan beberapa penyakit atau gangguan kesehatan lain seperti penyakit autoimun, gangguan kesehatan mental, serta gangguan tumbuh kembang anak seperti autisme.

Dr. Nemechek dalam bukunya yang berjudul ”2nd Ed. eBook, The Nemechek Protocol for Autism and Developmental Disorders” menjelaskan bahwa sistem pencernaan yang mengalami peradangan khususnya di usus halus akan mengakibatkan longgarnya pori pada dinding usus sehingga akan meloloskan zat-zat makanan yang seharusnya tidak diserap masuk dan terdistribusikan ke sel-sel tubuh yang menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik sebagai hasil dari respon imun terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Respon imun atau inflamasi sistemik yang terjadi secara berkelanjutan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada  proses tumbuh kembang otak anak.

Sebagai jawaban atas permasalahan di atas, Dr. Nemechek memperkenalkan suatu metode terapi untuk membantu menangani gangguan tumbuh kembang anak seperti autisme yaitu dengan menggunakan teknik Transcutaneous Vagus Nerve Stimulation (TVNS). TNVS merupakan salah satu metode stimulasi tambahan yang digunakan untuk membantu meredam kondisi inflamasi pada sistem pencernaan.

Adapun manfaat TVNS adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kesehatan mentalTVNS dapat membantu mengurangi stress, anxiety serta depresi dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatik
  2. Membantu mengurangi rasa sakit atau nyeriTVNS dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh migraine, sakit kepala, dan nyeri neuropatik
  3. Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
  4. Meningkatkan fungsi kognitif termasuk di dalamnya memori, konsentrasi serta kemampuan belajar
  5. Meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia atau gangguan tidur lainnya
  6. Meredakan gejala inflamsi pada kondisi arthritis, asma, dan penyakit inflamasi usus (IBS). Selain itu, TVNS juga dapat membantu untuk meredakan gejala IBS seperti nyeri, diare, sembelit, dan kembung
  7. Meningkatkan motalitas usus. Stimulasi vagus dapat membantu meningkatkan konstraksi otos usus dan mengurangi resiko sembelit atau konstipasi
  8. Mengurangi frekuensi serangan epilepsy
  9. Meredakan gejala gastroesophageal reflux disease (GERD). Stimulasi vagus dapat membantu mengurangi gejala GERD seperti pada saat asam lambung naik ke kerongkongan dan adanya sensasi terbakar di dada.

Baca Berita Lengkap

Artikel Terbaru

04 Oct 2022

Penulis : Lilik Sahal Dzul Fahmi

Logo Perkumpulan Pemuda/i Autisma Yogasmara

Berikut logo Perkumpulan Pemuda/i Autisma Yogasmara (P3A Yogasmara)

Lihat Artikel Lengkap

15 Oct 2021

Penulis : Saffina Faizati

Perkumpulan Pemuda Pemudi Autisme Yogasmara sebagai Wadah Kegiatan Advokasi Hak-hak Kelompok Masyarakat Penyandang Autisme

Menjadi penyandang autisme tidaklah mudah. Selain berhadapan dengan tantangan yang dimilikinya, para penyandang autisme juga dihadapkan dengan persoalan paradigma berpikir masyarakat yang kerap mendiskriminasi kelompok mereka. Mereka kerap kali menjadi korban perundungan bahkan mendapat pengurangan hak dalam pendidikan serta hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia.

Dalam Diagnostic and Statistic of Mental Disorder V (DSM V), Autism Spectrum Disorder (ASD) atau disebut juga dengan autisme merupakan gangguan perkembangan otak dan saraf yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa, kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Autisme bukan merupakan suatu penyakit melainkan gangguan perkembangan yang dimulai sejak awal masa kanak-kanak dan berlangsung seumur hidup.

Dilansir dari kemenpppa.go.id prevalensi ASD meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Dalam laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2018) disebutkan bahwa kecenderungan angka kejadian ASD meningkat dari 1 per 150 populasi pada tahun 2000 menjadi sebesar 1 per 59 populasi pada tahun 2014. Merujuk pada data tersebut, Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 237,5 juta (BPS, 2010) diperkirakan penyandang ASD di Indonesia yaitu 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru 500 orang/tahun.

Berdasarkan data di atas, maka saat ini remaja dan dewasa penyandang autisme sudah menjadi suatu komunitas baru di tengah masyarakat. Meskipun sudah menjadi suatu komunitas di dalam masyarakat, para penyandang autisme belum mendapatkan akses untuk menyuarakan pemenuhan hak mereka. Hal tersebut disebabkan oleh belum adanya perwakilan dari para penyandang autisme sendiri dalam Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis).

Minimnya pemahaman baik dari penyandang autisme, caregiver, maupun masyarakat umum mengenai pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas sebagai warga negara yang dilindungi oleh undang-undang tidak jarang menimbulkan permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk di dalamnya masalah perlindungan hukum.

Dengan alasan tersebut di atas, Yayasan Yogasmara kemudian membidani lahirnya Perkumpulan Pemuda Pemudi Autisma (P3A) Yogasmara pada 15 Oktober 2021. Di ketuai oleh Naufal Asy Syaddad, S. Mat., P3A Yogasmara ini menjadi wadah advokasi hak-hak kelompok masyarakat penyandang autisme yang dilakukan oleh penyandang autisme itu sendiri.

 

P3A Yogasmara mengawali kegiatannya dengan memperkenalkan dan mensosialisasikan hak-hak disabilitias yang tercantum dalam Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) kepada para penyandang autisme yang ada di dalam karesidenan Semarang. Sejak berdirinya organisasi ini telah mengadakan berbagai kegiatan untuk menginventarisasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh penyandang autisme dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

P3A Yogasmara kedepannya akan terus menindaklanjuti kegiatan-kegiatan awal yang telah dilakukan ini dengan merangkul seluruh stake holder baik dari pemerintah maupun swasta untuk memberikan kebijakan-kebijakan yang akomodatif & memberikan kesempatan-kesempatan bagi penyandang autisme agar dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Lihat Artikel Lengkap

Yogasmara Shop